LAPORAN
KLIMATOLOGI
RADIASI
SURYA
ACARA
II
Disusun oleh :
Nama
NPM
CO-AST
|
:
:
:
|
OLA ELVERI
E1B010006
|
PRODI
KEHUTANAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
BENGKULU
2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Radiasi surya merupakan sumber
energi utama kehidupan di muka bumi ini. Setiap waktu hampir terjadi perubahan
penerimaan energi radiasi surya yang dapat mengaktifkan melekul gas atmosfer
sehingga terjadilah pembentukan cuaca. Iklim adalah keadaan unsur cuaca
rata-rata dalam waktu yang relatif panjang, dengan unsur-unsur sebagai berikut:
radiasi surya, suhu udara, kelembaban nisbi udara, tekanan udara, angin,
curah hujan, evapotranspirasi dan keawanan.
Radiasi surya merupakan unsur
iklim/cuaca utama yang akan mempengaruhi keadaan unsur iklim/cuaca lainnya.
Perbedaan penerimaan radiasi surya antar tempat di permukaan bumi akan
menciptakan pola angin yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap kondisi curah
hujan, suhu udara, kelembaban nisbi udara, dan lain-lain.
Radiasi matahari sejak dulu sampai sekarang tak habis-habis dibicarakan dan
ditulis. Dahulu yang sangat populer dibahas mengenai iklim dan pengunaan untuk pemanasan/mengeringkan,
penguapan dan pencahayaan alami dalam bangunan di siang hari.
Sekarang tidak hanya permasalahan itu saja, tapi sudah sangat berkembang, seperti berkaitan dengan permasalahan cuaca, atmosfir, pertanian, kehutanan, perikanan, peternakan, pengairan, lingkungan hidup, kesehatan, bangunan, kesehatan dan berbagai kegunaan yang sangat praktis. Orang juga mempelajari ketersediaan radiasi matahari dengan berbagai cara dan pemodelan.
Sekarang tidak hanya permasalahan itu saja, tapi sudah sangat berkembang, seperti berkaitan dengan permasalahan cuaca, atmosfir, pertanian, kehutanan, perikanan, peternakan, pengairan, lingkungan hidup, kesehatan, bangunan, kesehatan dan berbagai kegunaan yang sangat praktis. Orang juga mempelajari ketersediaan radiasi matahari dengan berbagai cara dan pemodelan.
Berbicara
mengenai model pada radiasi matahari yang dibahas disini adalah model
matematis. Model matematis yang disusun diharapkan: Pertama, Model lebih baik
dari model terdahulu, baik untuk menghitung radiasi pada langit bening maupun
keadaan langit sembarang di berbagai tempat (lintang dan bujur). Kedua, Model
yang disusun, mudah dibuat dengan program ecxel, yang telah tersedia pada
komputer. Ketiga, Model dapat dengan mudah dipakai para pemakai dan para
perancang alat untuk memperkirakan ketersediaan radiasi matahari baik sebagai
sumber energi atau alat/bahan pelindung radiasi matahari yang menimpa benda
tersbut, baik secara langsung maupun tak langsung.
Bila
model tidak ada, maka harapan/keinginan tersebut tidak dapat terlaksana.
Berdasarkan keadaan tersebut, disusun model matematis radiasi matahari langit
bening dan keadaan langit sembarang 15 LU – 15 LS. Catatan: Bila yang
dibicarakan mengenai “radiasi yang dipancarkan”, disebut “radiasi matahari”.
Bila yang dibicarakan mengenai “sumber yang memancarkan radiasi matahari”
disebut “surya”.
1.2 TUJUAN
Menentukan intensitas radiasi dan
lama penyinaran surya pada satu hari. Menghitung data intensitas dan lama
penyinaran surya untuk periode selama satu bulan dan memperkirakan fluktuasi
tahunannya.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
II.
1. Pengertian.
1.
Radiasi surya adalah pancaran energi
yang berasal dari proses thermonuklir yang terjadi di matahari. Ada beberapa
radiasi solar, yang terpenting: radiasi elektromagnetik (yg berhubungan dengan
listrik dan magnet).
Radiasi elektromagnetik bisa dibedakan menjadi dua yaitu :
radiasi yang terlihat oleh mata kita (visible radiation) (cahaya)
Radiasi elektromagnetik bisa dibedakan menjadi dua yaitu :
radiasi yang terlihat oleh mata kita (visible radiation) (cahaya)
2.
Radiasi yang dapat kita rasakan
(kulit, wajah), namanya radiasi infra merah.
panjang gelombang radiasi inframerah lebih panjang daripada panjang gelombang cahaya(visible radiation) Gelombang elektromagnetik menyebar dalam bentuk 3 dimensi (volumen), seperti halnya gelombang yang tersebar membentuk sebuah bola (esfera).
panjang gelombang radiasi inframerah lebih panjang daripada panjang gelombang cahaya(visible radiation) Gelombang elektromagnetik menyebar dalam bentuk 3 dimensi (volumen), seperti halnya gelombang yang tersebar membentuk sebuah bola (esfera).
Dalam hal ini, volumen di sekitar gelombang elektromagnetik
bisa berbentuk: benda keras, cairan, gas, tapi bisa juga kekosongan (vacuum). Radiasi
matahari yang diterima oleh bumi kita (energi matahari) akan diterima dengan
cara sebagai berikut,
1.
Diserap oleh aerosol* & awan di
atmosfer bumi yang akhirnya menjadi panas. Radiasi yang terserap ini
menyebabkan naiknya temperatur gas-gas dan aerosol-aerosol. aerosol= kumpulan
cairan kecil atau partikel-partikel solid yang menyebar dalam suatu gas,
seperti uap air di atmosfir, debu-debu angkasa, etc.
2.
Ditangkis oleh atmosfer (oleh gas2
dan aerosol-aerosol), dalam hal ini radiasi ditangkis dan disebarkan ke segala
penjuru. Sebagian radiasi menuju kembali ke angkasa, sebagian sampai ke
permukaan bumi. Penangkisan dan penyerapan radiasi bisa terjadi di segala
lapisan atmosfir, yang paling sering lapisan bawah di mana massa atmosfir lebih
terkonsentrasi.
3.
Radiasi yang tidak tertangkis maupun
terserap oleh atmosfir, sampai ke permukaan bumi. Karena bumi sangat padat,
maka radiasi ini bukan ditangkis, melainkan dikembalikan satu arah ke atmosfir
(proses ini biasa disebut refleksi - walaupun sebenarnya sama saja dengan
tangkisan). Es dan salju merefleksi hampir kebanyakan dari radiasi solar yang
sampai ke permukaan bumi, sedangkan laut, merefleksi sangat sedikit.
4.
Radiasi yang sampai ke permukaan
bumi yang tidak direfleksi, akan diserap oleh bumi. Di lautan, penyerapan ini
sampai pada puluhan meter dari permukaan laut, sedangkan di daratan, hanya pada
level yang lebih tipis. Seperti halnya yang terjadi pada atmosfir, penyerapan
radiasi di permukaan bumi menyebabkan naiknya temperatur permukaan tersebut
II.
2. Peranan matahari terhadap tumbuhan dan organisme
berklorofil
Tidak diragukan bahwa tumbuhan dan organisme memegang peran
utama dalam menjadikan bumi sebagai tempat yang dapat dihuni. Tumbuhan
membersihkan udara untuk kita, menjaga suhu bumi tetap konstan, dan menjaga
keseimbangan proporsi gas-gas di atmosfer.
Oksigen yang kita hirup di udara dihasilkan oleh tumbuhan. Bagian penting dari makanan kita juga disediakan oleh tumbuhan. Setiap tahun, seluruh tumbuhan di muka bumi dapat menghasilkan zat-zat atau bahan-bahan sebanyak 200 miliar ton. Berbeda dari sel manusia dan hewan, sel tumbuhan dan organisme berklorofil dapat memanfaatkan langsung energi matahari. Tumbuhan dan organisme berklorofil mengubah energi matahari menjadi energi kimia dan menyimpannya sebagai nutrisi dengan cara yang sangat khusus.
Oksigen yang kita hirup di udara dihasilkan oleh tumbuhan. Bagian penting dari makanan kita juga disediakan oleh tumbuhan. Setiap tahun, seluruh tumbuhan di muka bumi dapat menghasilkan zat-zat atau bahan-bahan sebanyak 200 miliar ton. Berbeda dari sel manusia dan hewan, sel tumbuhan dan organisme berklorofil dapat memanfaatkan langsung energi matahari. Tumbuhan dan organisme berklorofil mengubah energi matahari menjadi energi kimia dan menyimpannya sebagai nutrisi dengan cara yang sangat khusus.
Proses ini disebut "fotosintesis". Fotosintesis merupakan proses biologi yang
dilakukan tanaman dan organisme berklorofil untuk menunjang proses hidupnya
yakni dengan memproduksi gula (karbohidrat) pada tumbuhan hijau dengan bantuan
energi sinar matahari, yang melalui sel-sel yang ber-respirasi, energi tersebut
akan dikonversi menjadi energi ATP sehingga dapat digunakan bagi
pertumbuhannya. Reaksi umum dari proses fotosintesis adalah :
6 H2O + 6 CO2 C6H12O6 + 6 O2 Cahaya.
6 H2O + 6 CO2 C6H12O6 + 6 O2 Cahaya.
Proses fotosintesis adalah reaksi yang hanya akan terjadi
dengan keberadaan sinar matahari, baik kualitas maupun kuantitasnya. Hasil dari
fotosintesis seperti yang sudah tersebut di atas adalah C6H12O6 atau dengan
sebutan umum yaitu gula (karbohidrat).
II.
3. Peranan matahari terhadap keberlangsungan ekosistem.
Karbohidrat merupakan jenis molekul yang paling banyak
ditemukan di alam. Karbohidrat terbentuk pada proses fotosintesis sehingga
merupakan senyawa perantara awal dalam penyatuan karbon dioksida, hidrogen,
oksigen, dan energi matahari kedalam bentuk hayati. Pengubahan energi matahari
menjadi energi kimia dalam reaksi biomolekul menjadikan karbohidrat sebagai
sumber utama energi metabolit untuk organisme hidup. Dari karbohidrat hasil
fotosintesis dalam tanaman inilah yang merupakan dasar dari perkembangan
kehidupan makhluk hidup dalam suatu ekosistem yang kemudian masuk pada piramida
makanan dan rantai makanan dalam suatu ekosistem yang dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1.
Komunitas dari suatu ekosistem
berinteraksi satu sama lain dan juga berinteraksi dengan lingkungan abiotik.
Interaksi suatu organisme dengan lingkungannya terjadi untuk kelangsungan
hidupnya. Kelangsungan hidup organisme memerlukan energi.
2.
Energi untuk kegiatan hidup
diperoleh dari bahan organik yang disebut energi kimia. Bahan organik dalam
komponen biotik awalnya terbentuk dengan bantuan energi cahaya matahari dan
unsur-unsur hara, seperti karbon dan nitrogen.
3.
Bahan organik yang mengandung energi
dan unsur-unsur kimia ditransfer dari suatu organisme ke organisme lain melalui
interaksi makan dan dimakan. Peristiwa makan dan dimakan antar organisme dalam
suatu ekosistem membentuk struktur trofik yang terdiri dari tingkat-tingkat
trofik dimana setiap tingkat trofik merupakan kumpulan berbagai organisme dengan
sumber makanan tertentu.
4.
Tingkat trofik pertama adalah
kelompok organisme autotrof yaitu organisme yang dapat membuat bahan organik
sendiri dengan bantuan cahaya matahari yaitu tumbuhan dan fitoplankton.
Organisme autotrof disebut Produsen. Produsen pada ekosistem darat adalah
tumbuhan hijau sedangkan pada ekosistem perairan adalah fitoplankton, ganggang
dan tumbuhan air.
5.
Tingkat trofik kedua dari struktur
trofik suatu ekosistem ditempati oleh berbagai organisme yang tidak dapat
membuat bahan organik sendiri. Organisme tersebut tergolong organisme
heterotrof. Bahan organik diperoleh dengan memakan organisme atau sisa-sisa organisme
lain sehingga organisme heterotrof disebut juga konsumen. Pada tingkat trofik
kedua dari struktur trofik suatu ekosestem adalah Konsumen primer (herbivora).
II.
4.Intensitas Cahaya Matahari.
Cahaya matahari merupakan sumber utama energi bagi
kehidupan, tanpa adanya cahaya matahari kehidupan tidak akan ada lagi
pertumbuhan tanaman ternyata pengaruh cahaya selain ditentukan oleh kualitasnya
ternyata ditentukan intensitasnya (Hari Suseno, 1976).
Intensitas cahaya berpengaruh nyata terhadap sifat morfologi tanaman. Tanaman yang mendapatkan cahaya matahari dengan intensitas yang tinggi menyebabkan lilit batang tumbuh lebih cepat, susunan pembuluh kayu lebih sempurna, internodianya lebih pendek, daun lebih tebal, tetapi ukurannya lebih kecil dibanding dengan tanaman yang terlindung.
Beberapa effek dari cahaya matahari yang penuh (yang melebihi) kebutuhan optimum dapat menyebabkan layu, fotosistesi lambat, laju respirasi meningkat tetapi cenderung mempertinggi daya tahan tanaman. Intensitas cahaya yang tinggi di daerah tropis tidak seluruhnya dapat digunakan oleh tanaman.
Intensitas cahaya berpengaruh nyata terhadap sifat morfologi tanaman. Tanaman yang mendapatkan cahaya matahari dengan intensitas yang tinggi menyebabkan lilit batang tumbuh lebih cepat, susunan pembuluh kayu lebih sempurna, internodianya lebih pendek, daun lebih tebal, tetapi ukurannya lebih kecil dibanding dengan tanaman yang terlindung.
Beberapa effek dari cahaya matahari yang penuh (yang melebihi) kebutuhan optimum dapat menyebabkan layu, fotosistesi lambat, laju respirasi meningkat tetapi cenderung mempertinggi daya tahan tanaman. Intensitas cahaya yang tinggi di daerah tropis tidak seluruhnya dapat digunakan oleh tanaman.
Energi cahaya matahari yang digunakan oleh tanaman dalam
proses fotosintesis berkisar antar 0,5 – 2,0 % dari jumlah total energi yang
tersedia. Sehingga hasil fotosintesis berkurang apabila intensitas cahaya
kurang dari batas optimum yang dibutuhkan oleh tanaman, yang tergantung pada
jenis tanaman (Leopold & Kriedemann, 1975) hal ini juga berlaku terhadap
jenis-jenis anggrek. Pemberian naungan pada tanaman baik secara alami &
buatan, akan berarti mengurangi intensitas cahaya yang diterima oleh tanaman
tersebut, hal ini akan mempengruhi pertumbuhan maupun hasil tanaman.
Tanaman yang kurang mendapatkan cahaya matahari akan
mempunyai akar yang pendek, cahaya matahari penuh menghasilkan akar lebih
panjang dan lebih bercabang. Begitu juga diperkuat ole menyatakan bahwa tanaman
anggrek yang cukup sinar matahari perakaran akan berkembang lebih baik, jumlah
akar akan banyak, ukurannya besar dan banyak bercabang.
Akar keluarnya lebih awal, jadi tidak seberapa jauh dari puncak tanaman jenis anggrek monopodial seperti Vanda, Bila cahaya matahari kurang, karena tanaman anggrek berada dalam keadaan terlalu teduh, maka proses assimilasi akan berkurang, sehingga hidratarang sebagai hasil proses tersebut juga kurang jumlahnya.
Akar keluarnya lebih awal, jadi tidak seberapa jauh dari puncak tanaman jenis anggrek monopodial seperti Vanda, Bila cahaya matahari kurang, karena tanaman anggrek berada dalam keadaan terlalu teduh, maka proses assimilasi akan berkurang, sehingga hidratarang sebagai hasil proses tersebut juga kurang jumlahnya.
II.
5.Radiasi matahari untuk pengeringan produk pertanian.
Energi surya dapat dimanfaatkan ke dalam dua bentuk yaitu
pemanfaatan secara termal dan pemanfaatan untuk listrik. Pada bidang pertanian
pemanfaatan energi surya termal biasa digunakan pada proses pengeringan bahan
pertanian. Pengeringan bisa dilakukan secara alami (penjemuran) maupun secara
buatan Terdapat berbagai tipe pengering surya yang telah berkembang saat ini,
salah satunya adalah pengeringan yang menggunakan kolektor berbentuk bangunan
yang disebut dengan efek rumah kaca ERK) yang telah dikembangkan di IPB oleh
Kamaruddin dan para kolega penelitinya sejak tahun 1993 sampai saat ini secara
(berkesinambungan.
Pada prinsipnya pengeringan efek rumah kaca yaitu sinar
matahari yang memiliki radiasi gelombang panjang masuk untuk kemudian diserap
oleh absorber atau komponen lain di dalam bangunan pengering sehingga suhu
absorber dan komponen tersebut akan meningkat. Radiasi yang dipancarkan oleh
absorber/komponen dalam pengering dalam bentuk gelombang panjang sehingg a
sulit untuk menembus dinding transparan. Dengan demikian, terjadi peningkatan
suhu udara pengering dan udara dihembuskan melalui produk yang akan dikeringkan.
Udara yang telah lembab kemudian dikeluarkan dari bangunan pengering.
II.
6. Cahaya Matahari Sebagai Sumber Energi.
Matahari merupakan sumber utama energi bagi kehidupan.
Energi cahaya matahari masuk ke dalam komponen biotik melalui produsen. Oleh
produsen, energi cahaya matahari diubah menjadi energi kima Energi kimia
mengalir dari produsen ke konsumen dari berbagai tingkat trofik melalui jalur
rantai makanan. Energi kimia yang diperoleh organisme digunakan untuk kegiatan
hidupnya sehingga dapat tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan dan perkembangan
organisme menunjukan energi kimia yang tersimpan dalam organisme tersebut.
Jadi, setiap organisme melakukan pemasukan dan penyimpanan energi. Pemasukan
dan penyimpanan energi dalam suatu ekosistem disebut sebagai Produktifitas
ekosistem.
Produktifitas ekosistem terdiri dari produktifitas primer
dan produktifitas sekunder.
Semua organisme memerlukan energi untuk pertumbuhan, pemeliharaan, reproduksi, dan pada beberapa spesies,pengaturan energi suatu ekosistem bergantung pada produktivitas primer. Produktifitas primer adalah kecepatan mengubah energi cahaya matahari menjadi energi kimia dalam bentuk bahan organik oleh organisme autotrof. Produktifitas sekunder adalah kecepatan energi kimia mengubah bahan organik menjadi simpanan energi kimia baru oleh organisme heterotrof. Bahan organik yang tersimpan pada organisme atotrof dapat digunakan sebagai makanan bagi organisme heterotrof. Dari makanan tersebut, organisme heterotrof memperoleh energi kimia yang akan digunakan untuk kegiatan kehidupan dan disimpan. Aliran energi dalam ekosistem tersebut sumber utama dan proses pertamanya adalah cahaya matahari. (http://kamaluddin86.blogspot.com/2010/01/peranan-radiasi-matahari-terhadap.html)
Semua organisme memerlukan energi untuk pertumbuhan, pemeliharaan, reproduksi, dan pada beberapa spesies,pengaturan energi suatu ekosistem bergantung pada produktivitas primer. Produktifitas primer adalah kecepatan mengubah energi cahaya matahari menjadi energi kimia dalam bentuk bahan organik oleh organisme autotrof. Produktifitas sekunder adalah kecepatan energi kimia mengubah bahan organik menjadi simpanan energi kimia baru oleh organisme heterotrof. Bahan organik yang tersimpan pada organisme atotrof dapat digunakan sebagai makanan bagi organisme heterotrof. Dari makanan tersebut, organisme heterotrof memperoleh energi kimia yang akan digunakan untuk kegiatan kehidupan dan disimpan. Aliran energi dalam ekosistem tersebut sumber utama dan proses pertamanya adalah cahaya matahari. (http://kamaluddin86.blogspot.com/2010/01/peranan-radiasi-matahari-terhadap.html)
BAB III
METODOLOGI
3.1 BAHAN DAN ALAT
Adapun bahan dan alat yang di
pergunakan pada saat proses pengamatan adalah sebagai berikut :
o
Solarimeter dan solarigraf
o
Campbell stokes
o
Pias masing-masing alat
o
Data masing-masing alat
o
data hasil pengukuran dalam satu
bulan
o
Alat tulis
3.2 PROSEDUR KERJA
o
Pengenalan Stasiun
q Memilih
stasiun klimatologi. Melihat ukuran stasiun. Mengamati penutup tanah stasun.
Setelah itu mengamati tata letak alat-alat di dalam stasiun.
q Memperhatikan
lingkungan disekitar stasiun. mengamati bagaimanan keadaan bangunan, pepohonan,
dan penghalang lainnya yang bias mengganggu proser pengmatan berlangsung.
setalah itu memperhatikan berapa kira-kira jaraknya.
o
Pengenalan Alat
q Mengamati
setiap alat yang dipergunakan, baik yang di stasiun maupun yang terdapat di
laboratorium agroklimat.
q Mencatat
nama-nama alat, sensor, dan bagaimanan cara kerja alat tersebut.
o
Cara Kerja Alat campbell Stokes
q Memasang
alat sambell stokes di tempat yang telah di tentukan oleh Co-Asi ten Memasang
alat dengan benar yaitu harus benar-benar terletak horizontal. Kegiatan ini
dilakukan dengan mengatur ketinggian setiapa sudut tiang penopang alat yang
diatur dengan melihat water-pas yang terpasang.
q Memasang
pias yang sesuai. dengan periode musim setempat. Pias lengkung panjang
digunakan ketika panjang hari adalah relatip panjang, Sebaliknya pias lengkung
pendek. pias lurus duguakan di saat surya hany memberikan sinarnya dalam jangka
waktu harian lebih pendek
q Menghitung
intensitas radiasi dan lama penyinaran surya terekam pada hari pengukuran.
q Mencatat
keadaan kejernihan langit hari itu.
q Membahas
data yang yang diperoleh dengan mempertimbangkan catatan yang telah diamati.
q Menghitug
total energy radiasi selama satu tahun membandingkan jumlah energy radiasi yang
diterima di lantai tinggi.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
Adapun hasil pengamatan yang boleh
di lampirkan pada laporan berikut ini adalah mengamati dan memperhatikan berbagai macam alat klimatologi
sedang di stasiun manual, disini pengamat akan mengukur lama penyinaran dengan
mengunakan Campbell stokes.
Campbell stokes adalah alat untuk
mengukur intensitas dan lama penyinaran matahari sesuai denga keterangan pada
Bab II. Dengan menggunakan alat ini pengamat mampu mengamati seberapa besar
intensitas dan lama penyinaran matahari menyinari permukaan bumi pada saat
praktikum berlangsung. Untuk pengamatan penyinaran matahari, dimulai pada pagi
hari pada jam 12:00-13:00 WIB. Dari hasil kegiatan tersebut maka diperoleh data
hasil peyinaran yaitu, yang terbakar pada kertas ukur intensitas cahaya sebesar
25 menit selama 50 menit sesuai dengan ketentuan yang disepakati. Pembakaran
tersebut dapat dikatakan belum sempurna karena hanya sebagian saja yang
terbakar pada kertas ukur tersebut. Ketidak sempurnaan tersebut dapat terjadi
karena dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain :
q Waktu pengamatan
dilakukan pada pagi hari sehingga hasil yang didapat tidak efisien, karena
sinar matahari pada saat pagi hari tidak begitu panas karena dipengaruhi oleh
kelembapan udara atau lapisan atmosfer masih tertutup embun dan awan.
q Tidak tersedianya
tempat yang memadai yaitu tempat dimana tidak tertutupi oleh bangunan maupun
pepohonan yang dapat menutupi penyinaran matahari.
q Waktu yang digunakan
untuk proses pengamatan tidak cukup atau terlalu sedikit waktunya sehingga
hasil yang didapat tidak begitu maksimal.
Kesempurnaan penyinaran matahari
jatuh pada tanggal 23 bulan maret dimana posisi matahari berada di atas
khatulistiwa dan tidak menutup kemungkinan pada tanggal 25 maret (pada saat
praktikum berlangsung) penyinaran matahari masih berada di sekitar khatulistiwa
atau tidak jauh dari garis khatulistiwa sehingga penyinaran yang disampaikan
matahari ke permukaan bumi cukup lumayan panas pada saat itu sehingga hasil
yang diperoleh dapat memadahi walaupun tidak sesuai yang diinginkan sebagaimana
diterangkan diatas.
BAB V
PEMBAHASAN
Kegiatan praktikum yang berjudul
Radiasi Surya berlangsung di halaman Lep. Ilmu tanah pada hari Rabu tanggal 10
november 2010 pukul 12:00-13:00 WIB, sesuai dengan ketentuan
yang telah diterapkan oleh pihak pengelolah praktikum agroklimatologi. Dari
hasil pengamata yang telah dilkaukan selama praktikum berlangsung sesuai pada
Bab IV, maka penulis mencoba membahasnya pada Bab pembahasan berikut ini.
Intensitas radiasi sangat
berpengaruh sekali bagi segala jenis tumbuhan, karena intensitas cahaya
membantu pertumbuhan pada setiap tanaman untuk berpoosintesis, memasak zat-zat
kimia yang ada pada daun untuk dijadikan menjadi cadangan makanan dan membantu
pertumbuhan sel-sel tanaman pada permukaan kulit batang dan daun. Intensitas
radiasi merupakan gelombang elektromatik atau gelombang pendek. Perlunya
pengamatan radiasi surnya ini dipelajari adalah untuk dapat mengetahui seberapa
besar intensitas cahaya matahari jatuh kepermukaan bumi menyinari setiap
tumbuhan dan terkhususnya adalah tanaman yang dibudidayakan, karena tidak semua
jenis tanaman budidaya tahan terhadap radiasi surya.
Selain intensitas radiasi surya,
lamanya penyinaran surya juga mempengaruhi bagi tumbuhan, lama penyinaran
adalah seberapa lama radiasi surya menyinari permukaan bumi dalam kurung waktu
tertentu. Lama penyinaran disetiap garis lintang tidak lah sama dan pada
umumnya di aquator perbedaan panjang hari relatife. Semakin lama intensitas
cahaya menyinari permukaan bumi maka akan berdampak terhadap tumbuhan baik
berdampak positip yaitu semakin banyak udara O2 di keluarkan oleh tumbuhan
disebabkan fotosintesis berkepanjangan dan akan berdampak negatip bagi tumbuhan
yaitu kekeringan bagi daun karena lamanya penyinaran memaksa tanaman untuk
berpotosintesis hingga kandungan air semakin lama semakin habis sehingga
mengkibatkan kekeringan terhadap daun.
BAB VI
PENUTUP
- KESIMPULAN
Dari hasil kegiatan praktikum yang
berjudul radiasi surya maka penulis dapat menyimpulkan beberapa hasil laporan
yang diperoleh, yaitu :
1. Radiasi
surya adalah energy matahri yang disampaikan dalam bentuk glombang eloktromatik
atau gelombang pendek yang membantu proses fotosintesis tumbuhan.
2. Lama
penyinaran adalah seberapa lama intensitas radiasi matahari menynari permukaan
bumi dalam kurun waktu tertentu dan merupkan hal terpenting bagi penyinaran
pada setiap tumbuhan.
3. Pada praktikum ini peserta praktikum
di ajak untuk mengetahui seberapa besar intensitas matahari menyinari permukaan
bumi pada saat praktikum melalui alat bentu yaitu Campbell stokes.
DAFTAR
PUSATAKA
Nurmuin,
S. 2008. Penuntun Praktikum Agroklimatologi. Laboratorium
Agroklimatologi. UNIB. Bengkul
Hoesin, Haslizen. (1983). “Simulasi Matematis Radiasi
Matahari di Indonesia”. LFN-LIPI, Bandung. Agustus.
Hoesin, Haslizen. (2000). “Model Matematis Radiasi Matahari
Langit Bening dan Langit Sembarang”. Teknik Industri – Tak Teknik, Universitas
ARS Internasional, Bandung, November.
http://kamaluddin86.blogspot.com/2010/01/peranan-radiasi-matahari-terhadap.html
wayyy blog kau trnyata,,,,,,,, hihiii
BalasHapus